orang yang cita-citanya pada pagi dan petang hari tidak lain hanyalah Allah, maka Allah akan menjamin semua hajatnya, menanggung segala kegetirannya, mengisi hatinya dengan perasaan cinta kepada-Nya, menggerakan lidahnya untuk berdzikir kepada-Nya, dan menggerakkan anggota tubuhnya untuk melakukan ketaatan kepada-Nya.
sebaliknya, orang yang cita-citanya pada pagi dan petang hari tidak lain hanya untuk dunia, maka Allah akan membebankan kecemasan, keresahan, dan kesulitan dunia kepadanya. Allah juga menyerahkan urusan orang itu kepada dirinya sendiri. Akibatnya, hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada makhluk daripada kecintaannya kepada sang Pencipta. Lisannya disibukkan dengan menyebut-nyebut nama makhluk, daripada menyebut nama sang Pencipta.
Ia bekerja, membanting tulang seperti binatang yang melayani makhluk lainnya. Ia tak ubahnya seperti pandai besi yang harus menarik nafas dalam-dalam, hingga mengembungkan perutnya dan menekan tulang-tulang rusuknya, untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Dengan demikian, setiap orang yang berpaling dari pengabdian, ketaatan, dan kecintaan kepada Allah pasti akan mendapat cobaan atau musibah dari-Nya, yaitu berupa pengabdian, kecintaan, dan pelayanan kepada sesamanya, yaitu makhluk-Nya.
Allah berfirman, “dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan syaitan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. [Az-Zukhruf: 36]
Fawaidul Fawaid hlm. 429—430 oleh Ibn Qayyim rahimahullah.